Pekerjaan di bidang UI/UX memang sedang happening karena gajinya yang dinilai lumayan fantastis, terutama bagi fresh graduates. Nah, untuk melamar di bidang ini, tentunya kita perlu mempersiapkan portofolio. 

Kehadiran file yang satu ini penting sebagai bukti bagaimana kita berpikir dan bekerja dengan klien sebelumnya. Beberapa tips di bawah ini akan membantu kita untuk menyusun portofolio UI/UX yang menarik.

Tips Membuat Portofolio UI/UX

Berikut beberapa tips agar bisa membuat portofolio UI dan UX yang efektif dan menarik:

1. Ceritakan Proses Kerjanya

Kesalahan paling umum dalam menyusun portofolio UI/UX adalah hanya menampilkan final design. Padahal, recruiter atau HRD justru menyukai narasi tentang proses kerjanya. 

Ceritakan proses risetnya, bagaimana langkah pengerjaannya dan apa dampak yang diperoleh dari karya yang telah dibuat. Dengan begitu, perekrut bisa melihat kemampuan analitis kita.

Kita bisa menggunakan narasi story telling ringan dan bahasa yang mudah dipahami. Jangan berbelit-belit supaya HRD mudah menangkap apa maksud tulisannya. 

2.Tampilkan Proyek Terbaik 

Ketimbang menampilkan puluhan proyek yang kurang berkualitas, ada baiknya tampilkan 5 proyek terbaik yang benar-benar menunjukkan kemampuan kita dalam UI/UX. 

Misalnya, kita bisa menampilkan karya aplikasi mobile dengan user engagement paling tinggi atau website yang berhasil menurunkan bounce rate setelah redesign.

Lantas, bagaimana jika kita belum punya karya sebelumnya? Tidak masalah. Cukup buat studi kasus fiktif yang tampak realistis. Tujuannya adalah menunjukkan bagaimana kita berpikir dan mengambil keputusan desain.

3. Gunakan Visual yang Mudah Dibaca

Ingat, portofolio UI/UX adalah representasi dari pengalaman pengguna juga. Jangan sampai portofolio itu sendiri sulit untuk dinavigasi. Gunakan layout bersih, warna netral, dan tipografi yang konsisten supaya HRD nyaman membacanya. 

Kita bisa menampilkan setiap proyek dengan urutan yang sama agar mudah dipahami oleh pembaca. Mulailah dengan menjelaskan masalah yang ingin diselesaikan, lalu lanjutkan dengan riset dan insight pengguna yang ditemukan selama proses eksplorasi. 

Setelah itu, perlihatkan solusi desain yang telah dibuat berdasarkan hasil riset tersebut, dan tutup dengan dampak atau hasil yang diperoleh dari implementasi desain. 

Dengan alur seperti ini, portofolio kita akan terasa lebih runtut dan profesional tanpa harus membingungkan pembaca.

4. Jangan Membuat Portofolio Terlalu Kaku

Banyak desainer UI/UX menulis portofolio yang terlalu teknis dan kaku. Biasanya, mereka hanya berfokus pada tools, metode, dan hasil visual semata. Padahal, menambahkan refleksi pribadi justru bisa membuat portofolio terasa lebih hidup dan berkarakter. 

Refleksi pribadi ini juga menunjukkan bahwa kita tidak hanya bisa mendesain, tetapi juga mampu berpikir kritis dan introspektif. Misalkan saja, kita bisa tuliskan beberapa tantangan terbesar di sebuah proyek dan ceritakan bagaimana cara menghadapinya. 

Hal-hal seperti ini menunjukkan kematangan berpikir, kepekaan terhadap dinamika tim, serta sikap belajar yang tinggi. Tiga kualitas penting ini sangat dicari oleh perusahaan saat ini. 

Ingat, di dunia desain, kemampuan untuk beradaptasi dan terus belajar jauh lebih berharga daripada sekadar tahu semua tools

5. Selalu Perbarui Portofolio dan Gunakan Platform Tepat

Dunia UI/UX sangat cepat berubah seiring waktu. Tools baru dan trend baru di dunia teknologi akan terus berkembang. Jadi, pastikan kita rutin memperbarui portofolio setiap 6 bulan sekali.

Kita bisa menggunakan berbagai platform untuk menampilkan portofolio sesuai dengan gaya dan tujuan. Jika kita ingin menonjolkan sisi visual yang profesional. Behance bisa menjadi pilihan yang tepat karena tampilannya sudah terstandarisasi untuk dunia kreatif. 

Namun, kalau kita lebih ingin menonjolkan storytelling dan proses berpikir di balik desain, kita bisa memanfaatkan Notion atau Medium sebagai wadah untuk menulis studi kasus yang lebih mendalam.

Sementara itu, memiliki website pribadi tetap menjadi opsi terbaik untuk membangun personal branding. Melalui website, kita bisa mengatur tampilan dan pengalaman pengguna sesuai gaya unik kita sendiri.

Pastikan tautan portofolio mudah diakses dan tampil baik di desktop maupun mobile, sebab terkadang HRD akan melihatnya lewat ponsel. 

Bangun Portofolio Bersama PasarTrainer

Membangun karier di UI/UX bukan hanya soal bagaimana menguasai berbagai teknologi, melainkan juga tentang bagaimana kita memahami manusia dan menyelesaikan masalah mereka lewat pengalaman digital.  

Nah, portofolio yang menarik lah yang menjadi bukti nyata perjalanan kita menelusuri dunia ini. Khusus bagi yang ingin belajar lebih mendalam soal web & mobile development dan bagaimana membangun portofolio yang bisa dilirik perusahaan, coba ikuti pelatihan UI/UX Mastering yang diselenggarakan oleh PasarTrainer

Selain itu, jika ingin menjelajahi program pengembangan web lainnya, kunjungi Program Web Development PasarTrainer untuk melihat lebih lengkap berbagai programnya.

Kita semua bisa mewujudkan pekerjaan impian, tentunya dengan mempersiapkan diri lewat portofolio yang menarik dan konsisten belajar. Peluang itu akan selalu ada selama kita bisa mempersiapkannya mulai dari sekarang. 


Referensi:

careerfoundry.com - UI Designer Portfolio Tips


www.interaction-design.org - How to Create a UX Portfolio That Gets You Hired


bootcamp.uxdesign.cc - 10 Tips For Creating an Awesome UX Portfolio


dribbble.com - UX Portfolio